POTONG TUMPENG – Erwin Janim, Ketua Teater Mahameru Palembang sedang memotong tumpeng, disaksikan para mentor dan Amarullah, SH, Kasubag Tata Usaha Museum Negeri Sumsel, mewakili Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya, H. Chandra Amprayadi, SH, saat Latihan Perdana di Aula Museum Negeri Sumsel, Minggu (5/2/2023).
Foto.Dok.Teater Mahameru/Sonov.
PALEMBANG | STARINTI.COM – Umurnya belum setahun, tetapi Teater Mahameru Palembang tak mau ketinggalan kegiatan dengan teater yang sudah lebih dulu lahir sebelumnya. Meski kita baru lahir, tetapi kita harus lebih giat dan semangat, supaya kita bisa mengimbangi aktifitas teater lainnya di Sumsel,” ujar Erwin Janim, Ketua Teater Mahameru, dalam sambutannya diawal acara, Minggu (5/2/2023).
Erwin menjelaskan, Teater Mahameru dilahirkan Forum Teater Sumatera Selatan (Fortass) pada saat lembaga yang konsen membina teater di sekolah se-Sumsel ini mengukuhkan kepengurusannya di Galery Bundar Taman Budaya Sriwijaya Jakabaring Palembang Minggu pada 15 Januari 2023.
Seiring dengan kelahirannya yang belum seumur jagung ini, Erwin menyebutkan, lembaga yang kini dipimpinnya berkeinginan menyeimbangkan karya dengan sejumlah teater lain di Sumsel.
Mengawali kiatnya di tahun 2023, Teater Mahameru menggebrak dunia teater Palembang dengan membina anak-anak. “Kita akan lahirkan Teater Anak di Palembang. Saya kira ini penting. Sebab potensinya sangat prospek untuk mengembangkan talent pada anak-anak di Sumsel,” ujarnya, saat di jumpai di tengah latihan perdana di Aula Museum Negeri Sumsel, Minggu (5/2/2023).
Namun Erwin mengakui, untuk mendidik dan melatih anak dalam berteater dibutuhkan skill khusus, terutama tentang metode menghadapi anak. Sebab, pola ajar berkesenian bagi anak-anak, menurut jebolan Teater Leksi Palembang ini, sangat berbeda, ketika pengajar atau pelatih berhadapan dengan usia dewasa, setingkat SMA atau mahasiswa.
“Pola pendekatan pada anak, si pengajar harus memerankan diri sebagai ibu, atau sebagai ayah bagi mereka, sehingga anak tidak merasa berlatih dengan orang lain, tetapi seeprti dengan orang tuanyua. Kalau pada anak, kita harus menerapkan pola ajar, bermain sambil belajar, sehingga mereka enjoy,” ujarnya.
Tentang tenaga didik khusus bagi anak, Erwin menyebutkan, Teater Mahameru sudah menjaring sejumlah tenaga didik dan pelatih yang dinilai layak untuk memaksimalkan kemampuan belasan anak yang kini sudah terdaftar di Teater Mahameru.
Menurut praktisi teater Palembang yang sudah puluhan kali bermain sinetron TVRI Sumsel di era 90-an ini, ada sejumlah orang yang sudah disipakna untuk melatih anak di Teater Mahameru Palembang.
Kali itu, Erwin menyebut beberapa nama yang bakal menjadi tenaga pegajar. Diantaranya Slamet Nugroho, S.Sn (Inug Dongeng), Salwa Pratiwi, S. Pd (Ewa), yang akan mengajar tari, Yussudarson (Sonov) mengajar pantomim, dan mentor lainnya yang disiapkan untuk Teater Mahaneru kelas dewasa, mislanya Pimpinan Teater Gaung Palembang, Amir Hamzah Arga, Yosep Suterisno, SE (Ketua Fortass), Hasan, S.Sn (Acan Gimbal) yang juga Dosen Unversitas PGRI Palembang.
“Untuk kelas dewasa kami juga menyiapkan mentor penulisan naskah drama, yaitu Pak. Saya tahu Pak Imron Supriyadi, beliau dosen, juga penulis yang tahun lalu mendapat penghargaan sebagai penulis sastra terbaik. Jadi Insya Allah, ke depan kita bisa memunculkan talent anak dan juga kaum milineal yang mumpuni untuk tampil di panggung, karena pelatihanya keren-keren,” ujarnya.
*Belajar Kehidupan*
Dalam obrolan di tengah riuh redamnya anak-anak latihan tari, Amir Hamzah Arga menyebutkan, belajar teater dalam seminggu sekali sebenarnya untuk menjaga displin waktu latihan bagi, baik bagi anggota atau pelatih.
Tetapi menurut senior teater di Palembang yang pernah belajar di Teater Alam Jogyakarta era 80-an ini, belajar teater itu bisa dilakukan dalam keseharian, apapun, dimanapun dan kapanpun. Sebab menurutnya, mengutip Azwar. AN, pentolan Teater Alam Yogyakarta, Amir menyebut, teater itu bukan belajar akting, tetapi belajar kehidupan.
“Jadi kapanpun, kita bisa belajar teater. Bangun tidur bisa belajar teater. Apa? Gerak tubuh. Mulai dari bangun melemaskan badan, tangan, kemudian berjalan ke kamar mandi. Sholat shubuh, apalagi ditambah olah raga. Semua itu belajar teater dalam keseharian. Intinya disiplin melakukan secara rutin. Tapi penyakit kita malas, meskipun itu kegiatan sederhana yang sehari-hari bisa kita lakukan,” ujarnya ketika dibincangi sembari menyaksikan anak-anak latihan tari di panggung Aula Museum Negeri Sumsel, Minggu (5/2/2023).
Erwin menambahkan, latihan perdana ini akan dilanjutkan secara rutin setiap pekan. Untuk kelas anak-anak akan dilakukan di Museum Negeri Sumsel. “Untuk kelas dewasa akan dilakukan di Taman Budaya Sriwijaya Jakabaring setiap pukul sepuluh pagi,” tegasnya.
Menandai latihan perdana itu, Erwin Janim, Ketua Teater Mahameru memotong tumpeng secara simbolik. “Tumpeng, ini simbol perjalanan pengabdian hamba kepada Tuhan. Puncak tumpeng ini luncup ke atas, simbol menuju Tuhan. Mahameru simbolnya gunung, ke bawah besar, keatas kecil. Mahameru diharapkan mampu membawa kita dalam berkarya tetap menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepaad Tuhan,” ujarnya mengantar pemotongan tumpeng.
Hadir dalam acara itu, selain para praktisi teater, tari, pantomim, para mentor dan wali murid yang belajar di Teater Mahameru, hadir juga Amarullah, SH, Kasubag Tata Usaha Museum Negeri Sumsel, mewakili Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya, H. Chandra Amprayadi, SH.
Amrullah mengatakan, diharapkan melalui latihan perdana ini dapat menambah kiat para pelaku seni, baik pelatih, anak asuh, dan Teater Mahameru untuk terus berkreatifitas sesuai dengan bidangnya masing-masing. (RELEASE).